PDM Kabupaten Kediri - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Kediri
.: Home > Artikel

Homepage

Fakta Logika Perjalanan Spiritual Rasulullah SAW.

.: Home > Artikel > PDM
12 April 2014 07:56 WIB
Dibaca: 2338
Penulis :

Penulis :

Peristiwa menakjubkan yang dialami Rasulullah SAW membuat kaum liberalisme dan sekularisme kebakaran jenggot untuk membuktikan peristiwa tersebut dengan paradigma logika sain dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan modern saat ini. Apakah peristiwa ini dapat dibuktikan kebenarannya atau hanya hikayah dan dongeng belaka; berikut paparannya:

S=Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan Rasul SAW semalam dengan jasadnya, padahal Surat Al Isra’:60 menyatakan dengan jelas bahwa (ru’ya=mimpi) Dan Kami tidak menjadikan “ru`ya” yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia ..?

J=Isra’ mi’raj bukan perjalanan Rasul. Dan kata Ar Ru’ya dalam ayat itu bisa berarti penglihatan bisa pula berarti Mimpi mufassir menterjemahkan kata ar ru’ya tersebut dengan penglihatan, yaitu penglihatan yang dialami Rasulullah SAW di waktu malam Isra’ dan Mi’raj. Hal ini berdasar pada kalimat setelahnya “sebagai ujian bagi manusia” kalau peristiwa Isra’ hanya mimpi maka tidak akan menjadi ujian bagi manusia, siapa yang akan menyangkal tentang mimpi seaneh apapun mimpi tersebut? Atau mimpi, tapi yang menafsiri dengan mimpi bukanlah mimpi Isra’ mi’raj, tapi mimpi nabi tentang Perang Badar.

S=Bagaimana anda (Muhammad) mengaku telah menempuh perjalanan itu (ke masjidi al-aqsha) dalam waktu yang singkat, padahal kami menempuhnya dengan naik unta dalam waktu sebulan?

J=Protes dan sanggahan Kafir Quraisy ini atas pengakuan Rasul bahwa dirinya melakukannya dengan jasad. Kalau seandainya Rasul mengatakan mimpi tentu Kafir Quraisy tidak akan membantahnya sekeras ini? Sebagaimana penjelasan Rasulullah SAW: “Ketika Quraisy mengatakan aku bohong, aku berdiri diatas batu, kemudian Allah memperlihatkan padaku Baitul Maqdis, kemudian aku mulai memberitahu tentang tanda-tanda Baitul Maqdis sedang saya dalam keadaan melihatnya” (HR. Bukhari)

S=Mungkinkah seseorang dapat selamat (tetap hidup) naik ke langit ke 7 melewati atmosfir tanpa terbakar dengan susunan udara yang sedikit bahkan tanpa adanya O2?

J= Firman Allah SWT;  “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha…” (QS. al Isra’;17:1) Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menggunakan lafadz أَسْرَى(memperjalankan) Jadi Nabi disini hanyalah sebagai Obyek, Subyeknya adalah Allah SWT. Dan ini Sangat mungkin! dan semua hukum2 alam yang melekat pada diri Rasulullah SAW tidak bisa disandingkan dengan manusia pada umumnya, karena dalam peristiwa ini Allah Memperjalankannya diri Rasul. Bukan peristiwa perjalanan Rasul. Ibarat anda membawa seokor semut naik pesawat dan dalam 1-2 jam semut tersebut bolak balik dari Jakarta ke Surabaya, kalau dilihat dari hukum semut maka itu hal yang tidak mungkin, tapi menurut hukum kita itu sangat mungkin. Sama dengan logika kita, bahwa tidak mungkin seorang manusia menembus atmosfir.

S=Mungkinkah jasad Rasulullah menjadi imam ruh para Nabi sebelumnya?

J=Karena Allah memperjalankannya, dengan kemahakuasaan Allah atas segala sesuatu sangat mampu mendesain tubuh Rasul lepas dari sifat Kejasadannya, sehingga jasad Rasul beserta Ruhnya mampu bersama-sama dengan ruh para Nabi sebelumnya. Secara implisit Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam” (QS. Qaaf;50:22)

S=Mufasirrin sepakat bahwa Surat al Isra’:1 diturunkan sekitar setengah tahun/setahun sebelum Hijrah ke Madinah dan dalam surah itu sama sekali tidak menyinggung kepergian Rasul SAW ke langit, sedangkan Mi’raj dijelaskan pada Surat An Najm:13-18 yang diturunkan sekitar tahun ke-5 dan 6 kenabian dan tidak menyinggung soal Isra’?

J=Benar! Adapun masalah tahun turunnya ayat tersebut, Khilaf. Begitu juga Isra’ bersamaan waktunya dengan Mi’raj atau tidak, juga Khilaf. Imam Bukhari dalam Shahihnya secara Eksplisit dan Implisit menyebutkan Bahwa Isra’ Mi’raj bersamaan.

S=Apakah Nabi SAW menemui Tuhan harus naik ke langit, apa sewaktu di bumi tidak pernah bertemu dengan Tuhan? J=Pertemuan itu, kapan dan dimana saja Allahlah yang berkehendak. Seperti pertemuan Allah dengan Nabi Musa As.

S=Jika benar permulaan perintah shalat pada saat Isra’ Mi’raj, berarti Rasulullah SAW beserta umatnya mulai shalat baru sekitar 11 tahun sesudah diutus, apakah sebelumnya Rasulullah SAW beserta umatnya belum menjalankan shalat? J=Benar! menurut riwayat Bukhari, dan Sebelum perintah Shalat, Nabi sudah Ber Ibadah kepada Allah, tapi bukan dengan istilah Shalat.

S=Apakah Allah tidak mengetahui ketidakmampuan umat Muhammad SAW sehingga memberi perintah shalat sehari-semalam 50 kali, justeru nabi Musa lebih tahu ketidak mampuan umat Muhammad SAW? J=Allah lebih mengetahui hal itu. Coba anda perhatikan bagaimana Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, lalu berubah jadi Domba, bukan berarti Allah tidak mengetahui akan begini pembalasan dari perintahNya. tapi inilah Rahmat Allah. Dengan menyembelih domba Nabi Ibrahim telah melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih sang Putra. Cukup dengan melaksanakan shalat 5 kali Ummat Muhammad telah melaksanakan kewajiban Shalat 50 kali sehari semalam.

S=Apakah masih perlu jantung beliau dibersihkan dari hal yang belum bersih, dan diisi dengan iman dan hikmah? Berarti  jiwa Nabi SAW itu kosong dari iman dan hikmah?

J=Iman dan Hikmah adalah sesuatun yang ma’aani, sebagimana pahala dan dosa. Perwujudan sesuatu yang ma’aani adalah mungkin. Apa anda lupa bahwa Pahala dan dosa besok pada hari akhirat akan ditimbang, yaumul mizan QS. al-A’raf:8. Huud:84. Al-Anbiya’:47? Itu adalah contoh bahwa perwujudan dari ma’aani adalah mungkin.

S=Isra’ Mi’raj sungguh tidak masuk akal. Saya hanya mengajak kita untuk membuka cara pandang baru dan lebih masuk akal dan kongkrit dalam memahaminya?

J=Ketika logika anda benar dan disertai dengan Hidayah Allah. Maka peristiwa Isra’ Mi’raj ini tidaklah berlawanan dengan logika. Akan tetapi merupakan cobaan pada keimanan seseorang, termasuk shahabat, kita dan anda sebagai ummat dunia.

Sebagai akhir dari sedikit sanggahan atas pemikiran liberalisme dan sekularisme, dan Isra’ Mi’raj adalah peristiwa besar diluar adat kebiasaan manusia. Ilustrasi atas penolakan kafir quraisy, karena tidak masuk logika mereka. Jika sendainya apa yang dicerikan Nabi adalah mimpi, tentu tidak akan terjadi penolakan oleh Kafir Quraisy. Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah ujian bagi Muslim beriman, sebagaimana yang tersirat dari Firman Allah. Seberapa besar Iman muslim tersebut kepada Allah dan Rasulnya. Apakah ia iman dengan sepenuhnya, ataukah Iman tapi dengan koreksi pada apa yang diimaninya. Semoga pembahasan Isra’ Mi’raj ini menambah kedekatan kita pada Allah. Dan menyadarkan kita bahwa logika kita terbatas. Apa yang kita anggap lebih logis ternyata ada yang lebih logis lagi. Jangan mengukur logika kita dengan logika Allah SWT yang akan mengikis ‘aqidah yang selama ini kita pegang erat-erat, hanya karena peristiwa yang di luar nalar manusia. Dan peristiwa itu salah satu mu’jizat Nabi SAW. Bagaimana Nabi Isa dapat menghidupkan orang yang sudah mati? Itu semua atas kehendak dan izin Allah SWT.

Wallaahu a’lam bish Shawab.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website